4 Bulan Tidak Dibelai Akhirnya Terbayar Lunas

Aku tidak mau buang-buang waktu, ku pikir berenang lebih bagus. Ya ini memang ada gunanya juga, jaga kesehatan tidak salah saya juga itung-itung membuat untuk sehat di hari esok. Dari pada waktu itu saya gunakan untuk happy yang tidak tentu kapan habisnya. Berenang di kolam renang milik sebuah Fitness Club tepatnya sambil menikmati suasanya ya begitu, cewek-cewek yang nampang berbikini tak asing karena disini adalah kolam renang jadi sudah sewajarnya. Dimana saya tercatat sebagai membernya juga. Saat itu sudah amat sore, sekitar pukul 5. matahari sudah mulai tenggelam berganti malam yang segera menjelang, saya baru saja naik ke pinggir kolam renang untuk handukkan. Saya melihat ada seorang gadis mungil bersama anak perempuan kecil, gadis itu kira-kira berusia antara 14-15 tahun. Karena gadis itu berdiri tidak jauh dari saya, saya liatin aja dia. Untuk usia segitu, badannya boleh dibilang bagus, wajah manis, kulit putih bersih, rambut panjang, swimsuit yang benar-benar sexy dan sekilas saya lihat bibir dan dadanya yang menantang sekali. Setelah saya perhatikan baik-baik, tiba-tiba adik kecil saya bangun, bagaimana tidak,… ternyata dia tidak mengenakan celana dalam. Hal ini nyata sekali dari belahan vaginanya yang tercetak di baju renangnya itu.
Eh,…ngg ak disangka-sangka, si anak kecil (yang ternyata adiknya), menghampiri saya, lalu dia bilang “Om, mau main bola sama Zahra gak?”
“Eh,… mmh,… boleh,… kamu sama kakakmu ya ??” tanya saya gugup.
“lya,… itu kakak !?” katanya sambil menunjuk kakaknya. Lalu saya hampiri dia dan kami berkenalan. Ternyata, gadis manis itu bernama Anjeli, dan juga, dia baru kelas 2 SMP. “Mmh, Anjeli cuma berdua sama Zahra ??” tanya saya mencoba untuk menghangatkan suasana.
“Nggak Om, kami sama mami. Mami lagi senam BL di Gym diatas!?” kata Anjeli sambil menunjuk atas gedung Fitness Club. “Ooo,… sama maminya, toh?” kata saya, “Papi kamu ndak ikut Anjeli ??”
“Tidak, Papi pulang sangat larut, kan,… sekitar pukul 2 pagi. Dia berangkat pagi-pagi bener?” Katanya itu lucu.
Saya tersenyum sambil memutar otak untuk dapat berkenalan sama maminya, “Mmh, mami kamu bawa mobil Anjeli? kalo ndak bawa, nanti pulang sama Om saja, mau ndak? Sekalian Om kenalan sama mami kamu, boleh kan ??”
“Boleh-boleh aja sih Om. Tapi, rencananya, habis dari sini, mau ke Mall sebentar. Zahra katanya mau makan McD.?”
“O,.. ya udah ndak apa-apa. Om boleh ikut kan ? Nanti pulangnya Om anterin?” Tapi yang menjawab si kecil Zahra, “Boleh,… Om boleh ikut,….”
Sekitar 1½ jam kami mengobrol, mami mereka datang. Dan ternyata, orangnya cantik banget. Tinggi dan postur tubuhnya benar-benar mengingatkan saya pada Lisa, mirip abis. Buah dada yang besar dan ranum, leher dan kulit yang putih,… pokoknya mirip. Singkat cerita, kami pun berkenalan. Anjeli dan Zahra berebut bercerita tentang awal kami semua berkenalan, dan mami mereka mendengarkan sambil tersenyum-senyum, sesekali melirik ke saya. Nama mami mereka Siska, umurnya sudah 29 tahun, tapi bodinya,… 20 tahun. Ngobrol punya ngobrol, ternyata Siska dan suaminya sedang pisah ranjang. Saya dalam hati berkata, wah,… kesempatan nih. Makanya setelah makan dari Mall, saya memberanikan diri untuk mengantarkan mereka ke rumah, dan ternyata Siska tidak berkeberatan. Setelah sampai di rumahnya di bilangan Kemang, saya dipersilahkan masuk, langsung ke ruang keluarganya.
Waktu itu sudah hampir jam 8 malam. Zahra yang sepertinya capek sekali, langsung tidur. Tapi saya, Anjeli dan Siska ngobrol-ngobrol di sofa depan TV.? Sis, suamimu sebenarnya kerja dimana??, tanya saya.
“Anu mas,… dia kontaraktor di sebuah perusahaan penambangan gitu” jawab Siska ogah-ogahan.
“lya Om, jangan nanya-nanya Papi. Mami suka sebel kalo ditanya tentang dia” timpal Anjeli, yang memang kelihatan banget kalo dia deket sama maminya. Mendengar Anjeli bicara seperti itu, Siska agak kaget, “Anjeli, nggak boleh bicara gitu soal Papi, tapi bener mas, aku ngak suka kalo ditan ya soal suamiku itu”.
“lya deh, aku nggak nanya-nanya lagi,…” kata saya sambil tersenyum. “Eh lya,… Mas Rido mau minum apa ?” tanya Siska sembari bangkit dari sofa, “Kopi mau ?”
“Eh,… iya deh boleh,…” jawab saya. Tak lama kemudian Siska datang sambil membawa 2 cangkir kopi. “Ini kopinya,…” katanya sambil tersenyum. Anjeli yang sedang nonton TV, dengan mimik berharap tiba-tiba berkata, “Om, malem ini nginep di sini mau ya ? bolehkan mam ??” Siska yang ditanya, menjawab dengan gugup, “Eh,… mmh,… boleh-boleh aja,… tapi emangnya Om Rido mau ?” Merasa dapat durian runtuh, saya menjawab sekenanya, “Yah,… mau sih,…”
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam 1½ 12 malam ketika Siska berdiri dari sofa dan berkata, “Mas Rido, aku mau ganti baju tidur dulu ya”
“Eh, iya,…” jawab saya, “kamu ndak tidur Anjeli, kan besok sekolah”. “Mmh, belom ngantuk,… ” jawabnya lucu. Tak lama kemudian, Siska datang lagi ke ruang TV dengan mengenakan busana tidurnya yang tipis sekali. Di dalamnya dia hanya memakai celana dalam jenis G-string dan Bra tanpa tali. Anjeli yang sedang tidur-tiduran di karpet terbelalak kaget melihat maminya memakai baju se-sexy itu. “Ya ampun,… mami,… bajunya itu lho, gak sopan banget.”
“Gak papa Anjeli, mami udah lama nggak pake baju ini. Sekalian nyobain lagi,” kata Siska sambil tersenyum ke arah saya, “Om Rido aja nggak keberatan, masa kamu keberatan sih”
Saya yang masih terkagum-kagum dengan kemulusan body Siska, tidak bisa bicara apa-apa lagi. “Anjeli? kamu tidur sana, sudah malam. Besok terlambat sekolah,… mami masih mau ngobrol sama Om Rido,… sana tidur!” kata Siska. Saya yang memang sudah pingin sekali mencoba tubuh Siska, juga ikut-ikutan ngomong, “lya, Anjeli? besok telat masuk sekolahnya,… kamu tidur duluan sana.” Anjeli sepertinya kesal sekali di suruh tidur, “Aaahh,… mami nih. Orang masih mau ngobrol sama Om Vito kok,…” tapi dia masuk juga ke kamarnya.
Setelah ditinggal Anjeli, saya mulai melakukan agresi militer.?
“Sis, kok kamu pake baju kaya gitu sih? kamu tidak malu apa sama aku, kita kan baru kenal. Belum ada 1 hari,… kamu ndak takut apa kalo? aku apa-apain ?”
“Mas, aku memang sudah lama nggak pake baju ini. Kalaupun toh pake, suamiku sudah nggak peduli lagi kok sama aku. Dia lebih memilih sekretarisnya itu,” kata Siska dengan mimik muka sedih. Ngajakin Putri Ngewe Dikosan Diliatin Ponakan Ku
“Berarti suami mu itu tolol. Dia nggak liat apa, kalo istrinya ini punya badan yang bagus, kulitnya putih, bibirnya tipis,… wah, kalo aku jadi suamimu, thak perem kamu ndak boleh keluar kamar” kata saya bercanda. “apalagi kamu punya itu, mengkel banget…”
Si Siska menatap saya dengan wajah lugu, “Itu apa mas ?”
“Mmh, boleh aku jujur tidak ?” pancingku
“Boleh,… ngomong aja ?” penasaran Siska.
“Anu,… payudaramu itu lho,… mengkel banget, dan lagi aku yakin kalo anu mu pasti seukuran satu sendok makan” kata saya sambil melakukan penetrasi dengan mengelus pahanya.
“Ooo,… ini,” kata Siska sambil memegang buah dadanya sendiri, “Mas Rido mau?, terus apaku yang seukuran…” Belum selesai Siska berbicara, langsung saja aku potong dengan memegang dan mengelus kemaluannya, “Ini,.. mu,… buka dong bajumu” kata saya asal.
Siska yang sepertinya sudah setengah jalan, langsung melepas kain tipis yang menutupi tubuhnya. Sambil mengulum bibirnya yang tipis dan hangat, saya langsung membuka bra-nya. Siska dengan gerakan spontan yang halus sekali, membiarkan celana dalamnya saya lucuti. “Mas, aku sudah telanjang. Sekarang gantian ya,…” kata Siska tanpa memberi saya kesempatan bicara, Siska langsung melepas baju dan celana serta celana dalam saya, akibatnya dia shock setengah mati melihat batangan saya yang sudah terkenal itu. Hebatnya lagi, dia tanpa minta ijin, langsung jongkok di bawah saya dan mengulum si adik dengan beringas. Sekitar 5 menit kemudian, dia berdiri dan menyuruh saya untuk menjilati bibir vertikalnya. Siska kelojotan setengah mati, ketika lidah saya menyapu dengan kasar klitorisnya.
Siska saya suruh terlentang di karpet dan membuka kakinya, Veggy nya yang sudah basah itu, saya hajar dengan gerakan tajam dan teratur. Sambil terus menyerang, saya meremas buah dadanya yang besar, dan menghisap lidahnya dalam-dalam ke mulut saya. Sekitar 10 menit kami melakukan gaya itu, kemudian dia berdiri dan membelakangi saya dengan posisi menungging dan berpegangan di meja komputer didepannya, dia membuat jalan masuk dengan menggunakan kedua jarinya. Langsung saya pegang pantatnya dan saya tusuk dia perlahan-lahan sebelum gerakan makin cepat karena licinnya liang surga itu. Tak lama kemudian, Siska bergetar hebat sekali,… dia orgasme, tapi cairan sperma saya belum juga mau keluar. Saya percepat gerakan saya, dan tidak memperdulikan erangan dan desahan Siska, dalam hati saya berkata, dia enak sudah klimaks, aku kan belum. Tak lama kemudian saya sudah ndak tahan. Saya tanya “Sis, aku mau keluar,… dimana nih?” Di tengah cucuran keringat yang amat banyak, Siska mendesah sambil berpaling ke arah saya, “Di dalam aja mas! biar lengkap” Benar saja, akhirnya cairan saya, saya semprotkan semua di dalam liang vaginanya. Banyak sekali, kental dan lengket.
Setelah itu, kami duduk di sofa sambil dia saya suruh menjilati Mr. Penny saya. Hisapan Siska tetap tidak berubah, tetap penuh gairah, walaupun bibirnya terkadang lengket di kepala Mr. Penny saya. Sekitar 5 menit, Siska menikmati si vladimir, sebelum dia akhirnya melepaskan hisapannya dan bangun. “Mas, aku ke kamar mandi dulu ya” katanya, “Aku mau nyuci ini dulu” sambil dia mengelus vaginanya sendiri. “Ya,… jangan lama-lama….” kata saya. Karena sendirian, saya kocok saja sendiri batangan saya. Tiba-tiba si Anjeli keluar kamar,… dia berdiri di depan pintu kamarnya sambil memperhatikan saya. Saya kaget sekali. “Loh, Anjeli… kamu belum tidur ?” tanya saya setengah panik. “Belum” Jawabnya singkat. Lalu dia berjalan ke arah saya, sementara saya berusaha menutupi Mr. Penny saya dengan bantal sofa. “Om, tadi ngapain sama mami ?” tanyanya lagi. “Eh,… anu… Om sama mami lagi…” belum selesai saya menjelaskan, Siska masuk ke ruang TV. Kisahku Digangbang 5 Orang Dipos Ronda
Dia kaget sekali melihat Anjeli ada di situ. Sambil tangan kanannya menutupi vaginanya dan tangan kirinya menyilang menutupi buah dadanya yang ranum (tidak semua tertutupi sih…), Siska berkata,”Anjeli kamu ngapain, kok belum tidur ?” Anjeli berpaling menghadap Maminya, Aku nggak bisa tidur, “Mami tadi berisik banget. Ngapain sih sama Om Rido ?” Akhirnya saya menjelaskan, setelah sebelumnya menyuruh Siska duduk di samping saya, dan Anjeli saya suruh duduk di karpet, menghadap kami. “Anjeli, kamu kan tahu, Papi sama Mamimu sudah pisah ranjang selama hampir 4 bulan. Sebenarnya Om sama Mami sedang melakukan kegiatan yang sering dilakukan sama Mami dan Papimu setiap malam. Om dan istri Om juga sering melakukan ini” kata saya sambil melirik Siska yang terlihat sudah agak santai. “Tapi karena sekarang ndak ada Papi, Mami minta tolong Om Rido untuk melakukan hal itu ?” Anjeli terlihat sedikit bingung, “Hal itu hal apa Om ?” Di sini, Siska mencoba menjelaskan, “Anjeli, Mami jangan disalahin ya… Anjeli sayang Mami kan ?” Anjeli tersenyum, “lya lah, mi. Anjeli saayyaaaang banget sama Mami. Tapi Anjeli mau tahu, Mami sama Om Rido ngapain” Saya tersenyum sendiri mendengar rasa ingin tahu Anjeli yang cukup besar, “Om Rido sama Mami lagi making love”.
“Kamu tahu artinya kan ?”. “Mmh,… iya dikit-dikit. Jelasin semua dong Om,… Anjeli mau lihat?” jawab Anjeli. Wah,… kaget sekali mendengar Anjeli bicara begitu. Lalu saya melirik Siska, dan Siska mengangguk mengerti “Anjeli beneran mau lihat Mami sama Om Rido making love ?” tanya Siska. Anjeli menjawab dengan polos, “lya mau, Dan kalau Om Rido mau ngajarin, Anjeli juga mau diajarin,… biar bisa”. Saya beneran seperti ketiban durian runtuh, “Mmhh, tanya Mami ya ?! soalnya Om tidak bisa ngajarin, kalo Mamimu tidak ngijinin,… Om sih mau aja ngajarin.” Anjeli merajuk, merayu Maminya, “Mi, boleh ya ??” Siska ragu-ragu menjawab, “Kamu lihat aja dulu deh ya ?!” Sambil tersenyum Anjeli menjawab, “lya deh,…?” senang sekali ia.
Setelah itu, Anjeli saya suruh mundur beberapa langkah, dia masih duduk dan memperhatikan dengan serius, ketika saya memamerkan batangan besar saya. Dan Anjeli hanya bisa melongo ketika saya mengulum bibir Maminya sambil mengelus-elus vagina yang tanpa bulu itu. Tak lama kemudian, Siska saya suruh untuk melakukan pekerjaan menghisap lagi. Sambil Siska disibukkan dengan pekerjaannya itu, saya menyuruh Anjeli untuk duduk mendekat disamping saya. “Lihat Anjeli, Mami seneng banget kan ??” kata saya. Sementara Siska melirik kami sambil terus menjilati Mr. Penny saya. “Anjeli sudah pernah ciuman belom ??” tanya saya. “Belum Om.??Mau Om ajarin ndak ??” tanya saya lagi sambil melingkarkan tangan saya di lehernya. “Mau!” jawabnya singkat. “Ya sudah,… Anjeli ikutin Om aja ya… apa yang Om Rido lakukan, diikutin ya” Belum sempat Anjeli menjawab, saya langsung saja mengulum bibirnya, tegang sekali si Anjeli. Ketika saya menarik lidah saya dengan lembut di dalam mulutnya, Anjeli terasa berusaha mengikuti, walaupun dengan gerakan yang tidak beraturan.
Siska terus menghisap batangan saya, ketika saya melucuti tubuh anaknya yang putih bersih dan mulus itu. Buah dada Anjeli memang belum begitu besar, tapi untuk ukuran anak kelas 2 SMP, sudah cukup ranum. Puting susunya masih berwarna merah muda dan ketika saya memilin-milinnya, si Anjeli bergelinjang kegelian. Tak lama kemudian, Siska berlutut di depan saya dan membantu Anjeli melepas celana dalamnya yang berwarna hijau muda. “Anjeli menurut aja ya sama Om Rido” kata Siska. Sementara saya meremas-remas toketnya, Siska menyuruh Anjeli untuk menggenggam batang Mr. Penny saya. “Anjeli, sekarang kamu jongkok disini ya” kata Siska, “Kamu hisap Mr. Penny nya Om Rido, seperti Mami tadi. Jangan dihisap terus, nanti kamu kehabisan nafas”, Siska tersenyum sayang kepada Anjeli, “Kadang di lepas, terus di jilat-jilat. Pokoknya kayak Mami tadi. Bisa kan ?” Anjeli menjawab singkat, “Bisa, mam” Saya mengarahkan si adik ke mulut Anjeli, sambil mengelus rambutnya yang hitam legam. “Pelan-pelan Anjeliv, jangan ditelan semuanya ya” Anjeli tersenyum. Siska memperhatikan cara Anjeli menghisap, kadang dia memberikan instruksi.
Tak lama setelah itu, saya menyuruh Anjeli berdiri. Saya tersenyum memandang vaginanya yang masih rapat, tampak bulu-bulu halus menghiasi lubang sempit yang berwarna putih kemerahan itu. Terus terang saya tidak tega untuk menembusnya. Ya sudah, saya ciumi dan jilati saja Veggy muda itu. Anjeli benar-benar kegelian. Akhirnya, Siska menyuruh Anjeli istirahat. Pekerjaannya dilanjutkan oleh Siska. Tanpa berbasa-basi, Siska langsung menduduki Mr. Penny saya, dan mulai melakukan gerak maju mundur, nikmat sekali. Sambil Siska terus mengerjai Mr. Penny saya, saya meremas-remas toketnya. Setelah itu, kami pindah tempat. Saya berbaring di karpet, dengan Siska masih menduduki si adik, kali ini dia membelakangi saya. Anjeli yang hanya diam melihat aksi kami, saya suruh mendekat ke arah saya. Saya menyuruh dia untuk jongkok, dengan posisi Veggy nya di mulut saya. Sambil saya remas pantatnya, saya tembus liang sempit itu dengan lidah, terkadang, saya sapu dengan jari, sampai akhirnya, setengah jari tengah saya, masuk ke Veggy nya dan direspon dengan gerakan yang sangat liar. Anjeli mulai mendesah tidak karuan, sementara pada saat bersamaan, Maminya mendesah keenakkan. Majikan Ku Yang Hyper Dan Seksi Terpesona Dengan Ku
Saya mulai serius menanggapi Siska. Anjeli saya suruh menyingkir. Setelah itu, saya membalik tubuh Siska, sekarang dia yang dibawah. Saya lebarkan kakinya dan saya tusuk dengan tajam dan tanpa ampun. Kali ini, Siska bertahan cukup lama, dia sudah mulai terbiasa dengan tusukan-tusukan saya. Akhirnya Siska tidak tahan juga, begitu juga saya. Dia orgasme, berbarengan dengan saya yang kembali memuntahkan sperma ke dalam liang kemaluannya. Setelah melepas si vladimir , Anjeli saya suruh menjilatinya. “Mmmhhh,….. Om… kok asin sih rasanya ??” protes Anjeli. Siska sambil terengah-engah menjawab, “Memang gitu rasa sperma. Tapi enak kan ? Mami bagi dong ?” Saya senyum-senyum saja melihat anak beranak itu berebut menjilati Mr. Penny saya. Pada saat itu, saya teringat Firda (anak Lisa) yang selalu senang dan tertawa ketika melihat ibu dan tantenya berebutan Mr. Penny dan menjilati sisa sperma di ujungnya. Begitu juga Siska dan anaknya, Anjeli, yang seperti mengagungkan batangan saya. Saya memegang kepala ibu dan anak itu, dan dengan maksud bercanda, kadang saya buat gerakan yang memaksa mereka harus berciuman dan menempelkan lidah masing-masing. Mereka tertawa dan tersenyum ceria, tanpa beban.
Sekali dua kali, kami masih sering bersenggama bertiga. Tapi sekali tempo, saya hanya berdua saja dengan Anjeli, yang benar-benar telah merelakan keperawanannya saya ambil. Tapi kalau dengan Siska,… wow, jangan ditanya berapa kali, kami sering janjian di sebuah restoran di PIM, dan Zahra, anak bungsu Siska, selalu diajak. Pernah suatu saat, ketika saya dan Siska sedang perang alat kelamin di kamar mandi rumahnya (tanpa menutup pintu), Zahra tiba-tiba masuk dan menonton dengan bingung adegan saya dan Maminya yang sedang nungging di bathtub. Dia bertanya kepada Maminya (walaupun tidak dijawab, karena sedang sibuk “Mami diapain Om Rido, kok teriak-teriak ??” katanya. Dan dia pun ikut menyaksikan kakaknya, yang saya senggamai di ruang TV, di samping Maminya yang telanjang bulat, dengan sperma di buah dadanya yang besar itu (bila saya buang di luar, dia tidak mau membersihkan sendiri, selalu menyuruh Anjeli untuk menjilatinya. Kami masih sering melakukan itu sampai sekarang.