Cerita Sex Ku Bercinta Dengan Penjual Koran

Cerita Sex – Koran.. Koran ya Koran.. Pempek ya pempek.. Pempek Koran..”
Mila memicingkan telinganya mendengar suara tersebut. Di siang hari seperti itu memang tak jarang ada penjual yang masuk kedalam komplek menjajakan barang dagangan. Pengalaman Mila selama 10 tahun tinggal disana, ia sudah hapal mana-mana saja penjaja makanan atau barang yang lewat di muka rumahnya. Namun kali itu Mila merasa tidak familiar dengan suara tersebut. Iseng, Mila pun berjalan kedepan dan melongok keluar.
“Dek, sini masuk.”
Mila melambaikan tangannya memanggil si penjual tersebut. Dan memang benar tebakannya, ia baru kali ini melihat si pemuda penjaja koran ini di sekitaran komplek.
“Jualan apa, Dek?”
“Koran bu, tabloid, semua ada.”
“Oh.. itu apa di dalam?”
“Pempek bu. Masih hangat bu baru digoreng.”
Mila mengangguk-angguk sembari memandangi si pemuda tanggung tersebut mengeluarkan koran-korannya di pelataran teras rumah agar Mila bisa pilih.“Kok saya baru lihat kamu dek. Biasanya yang dagang koran ada lagi langganan saya yang sudah tua. Pak Santoso kalo ga salah namanya.”

sdsdadsadsadsdsd

“Iya bu, itu paman saya. Beliau sakit semenjak awal bulan, jadi tidak bisa dagang.” Jawab si pemuda itu singkat. Mila menerka-nerka umurnya mungkin sepantaran dengan anaknya yang paling sulung.
“Oh, sakit apa dia pak Santoso? Parah sakitnya?”
“Sakit gula bu, sekarang paman hanya tidur saja dirumah. Saya yang bantu jualan koran juga.”
“Astaghfirullah, semoga sehat-sehat saja ya Pak Santoso. Nama kamu siapa, nak?” Tanya Mila melembut.
“Saya Reno, bu.” Jawab Reno sopan.
“Kamu kelas berapa? Masih sekolah?”
Reno menggeleng malu-malu.
“Saya terakhir lulus SMP tahun 2 tahun lalu bu. Tadinya hanya jualan pempek sepulang sekolah, bantu-bantu paman dan adik-adik sepupu saya yang masih kecil-kecil. Tapi sekarang saya full jualan pempek saja di sekitar pasar pagi. Sekarang Karena paman sakit, saya juga jualan koran.” Ujar Reno bercerita dengan polosnya.
“Orangtua kamu kemana?”
Reno lagi-lagi menggeleng malu-malu. Luluh rasanya hati Mila, apalagi terbayang apabila anak-anaknya harus menjalani hidup seperti Reno. Bulat hati Mila ingin meringankan beban Reno.
“Yasudah, kalo gitu saya beli tabloidnya satu dan korannya satu ya. Pempeknya juga saya bungkus 5 ya, Nak.”
“Baik bu. Saya bungkusin sekarang Bu.” Jawab Reno cepat dengan sumringah. Mila tersenyum kecil melihat sedikit pancaran kebahagian di mata Reno.
“Kamu sering-sering kesini ya, saya juga udah ga pernah langganan koran dan tabloid. Nanti biar ibu beli koran sama tabloid kamu.” Ujar Mila sambal tersenyum hangat. Reno hanya mengangguk-angguk sambal mengulum senyum membungkus pempek pesanan Mila.
Dan seperti itulah persahabatan kecil antara Mila dan Reno terjalin. Dua-tiga hari sekali Reno Mila mampir membawa koran dan tabloid pesanan Mila. Tak jarang Mila memborong pempek dagangan Reno, sampai heran suami dan anak-anaknya selalu saja ada pempek di meja makan terhidang. Mila yang kesehariannya hanya tinggal di rumah sendiri sebagai ibu rumah tangga turut senang dengan adanya Reno yang sesekali mampir menemaninya siang-siang untuk sekedar berteduh dan mengobrol sejenak dengannya.
Hingga di suatu siang di musim hujan, hujan deras mengguyur komplek sedari subuh. Hujan gerimis dan deras yang datang silih berganti tak pelak membuat komplek banjir di beberapa titik. Mila sendiri harus terjebak di pasar swalayan menunggu hujan reda. Barulah ketika hujan berganti gerimis Mila baru berani untuk naik gojek pulang ke rumah.   Situs Gacor Mudah Menang
Hujan masih mengguyur agak deras ketika Mila masuk kedalam kawasn komplek. Dari belakang jok tukang ojek mata Mila menangkap sesosok Reno yang berdiri berteduh di pos satpam.
“Eh, eh pak stop bentar pak. Ren! Reno!”
Reno memicingkan mata melihat sesosok wanita berkerudung diseberang jalan yang berhenti diatas motor. Segera ia mengenali sosok Mila diantara rintik hujan.
“Kamu ngapain disitu Ren? Jangan neduh disana, nanti basah! Kamu lari kerumah saya aja ya cepet! Ibu tunggu!” Teriak Mila. Reno sayup-sayup mendengar ucapan Mila dan mengangguk-anggukan kepalanya.
Tak lama berselang Mila turun dari ojek, Reno pun tiba sembari setengah berlari. Mila buru-buru melambaikan tangan menyuruh Reno masuk kedalam rumah Karena hujan kembali menderas. Reno tiba di teras rumah agak terengah-engah, korannya terlihat aman Karena ditutupinya dengan plMilak. Namun baju dan rambutnya benar-benar basah kuyup akibat berlindung di pos satpam.
“Astaghfirullah, udah taro aja didepan korannya Ren. Masuk aja sini kedalem gapapa.” Ujar Mila seraya membuka kunci pintu rumah.
Reno berdiri canggung di muka pintu sembari badannya agak menggigil. Mila berdecak sambal bergeleng iba melihat kondisi Reno.
“Sebentar ya Ibu carikan handuk. Baju ibu juga basah nih. Kamu langsung mandi aja Ren, daripada kamu demam. Yuk ibu antar kedalam.”
Mila membimbing Reno menuju kamar mandi tengah. Reno baru kali itu masuk kedalam rumah. Dipandanginya furniture dan foto-foto keluarga Mila seraya ia berjalan kedalam rumah. Tak lama Mila muncul dari dalam kamar dan menyerahkan Reno handuk bersih untuk ia gunakan.
“Tuh kamu pake, kamu masuk aja langsung mandi ya. Ibu juga mau ganti baju. Ibu masuk juga ya.” Ujar Mila cepat sambil kemudian menghilang lagi kedalam kamar.
Reno keluar dari kamar mandi dengan hanya lilitan handuk di pinggangnya. Lagi-lagi ia hanya bisa berdiri canggung didepan kamar mandi sementara Mila belum keluar dari kamar. Tak lama pintu kamarpun terbuka dan Mila keluar masih sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Eh yaampun ibu lupa, sebentar ya Ren ibu tadi udah ambilin bajunya raffa sementara baju kamu basah. Nih pake dulu, Ren. Baju kamu biar kering dulu aja.” Ujar Mila lagi sembari menyodorkan baju anaknya ke tangan Reno.
Reno hanya melongo tatkala Mila menyodorkan baju tersebut ke tangannya. Baru kali itu Reno melihat sisi lain dari Milad yang tak mengenakan kerudung dan hanya berdaster saja. Rambut Mila yang masih basah bergantung bebas pendek sedikit dibawah kuping, sekilas mengingatkan akan model rambut Desy Ratnasari. Memang ada sedikit perbedaan disana sini, dari bentuk badan Mila yang sedikit lebih berisi mungkin Karena memang faktor umur, atau mata Mila yang agak sedikit lebih sipit dari Desy Ratnasari yang asli, namun secara keseluruhan mereka memang tak berbeda jauh.
“Loh kok diem aja Ren? Ini ambil bajunya, kamu ganti di kamar mandi gih.” Ujar Mila sembari masih asik mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“I-iya bu..”
Reno pun menghilang kedalam kamar mandi untuk berganti baju. Mila dengan santai memunguti baju basah Reno dan membawanya kebelakang ke tempat cucian untuk sekedar dijemur.
“Udah ganti bajunya Ren? Baju kamu ibu jemur dulu ya di belakang biar kering.”
Reno hanya mengangguk-angguk sambil duduk dengan canggung mengenakan kaus dan celana basket longgar. Mila tersenyum kecil melihat Reno yang sedari tadi berusaha untuk tidak memandangi Mila.
“Kenapa kamu Ren? Kok kaya heran gitu ngeliatin Ibu. Heran ya baru kali ini liat ibu ga pake kerudung? Hehe”
Reno hanya tersenyum kecut menanggapi candaan Mila. Memang agak sedikit kaget Reno dibuatnya. Mila yang kerap berkerudung sopan hingga mengenakan kauskaki tipis, kini melenggang santai hanya mengenakan daster kutung (daster tanpa lengan) sebatas dengkul.   Situs Togel Viral
“Gapapalah Ren, sekali-kali ini. Lagian didalem rumah juga ga ada yang liat. Yang liat juga kan kamu aja ga ada orang lain.” Hibur Mila lagi sambil tersenyum lembut.
Setelah itu Mila dan Reno pun makan dengan khidmat dengan lauk seadanya di meja makan. Pelan-pelan Reno bisa menyesuaikan diri kembali dan merekapun berdua asyik mengobrol seperti biasanya. Di luar hujan masih terus menggelegar, Mila mengintip keluar dari balik jendela mengamati air yang tercurah begitu banyaknya dari langit.
“Untung aja tadi ya Ren, ibu ngeliat kamu. Coba liat nih, ujannya masi ga berenti juga malah makin deres. Bisa banjir ni komplek.. ckck” Ujar Mila sambil memijat-mijat tengkuknya sendiri.
“Iya bu..” Jawab Reno pelan.
“Duh kayanya ibu masuk angin deh, tengkuk ibu berat banget ini rasanya. Kamu bisa ngerok ga Ren?” Keluh Mila.
Reno hanya menggeleng pelan.
“Tapi jangan dikerok juga sih, nanti heran lagi suami saya kok bisa ada yang ngerok? Bisa berabe.. hahaha. Ibu minta tolong pijitin aja ya Ren?” Pinta Mila lagi sembari beranjak kedalam kamar mencari minyak urut. “Sini aja Ren, masuk nggapapa..” Panggil Mila lagi dari dalam kamar.
Reno melangkah dengan lambat, masih ragu karena merasa tidak enak, untuk pertama kalinya ia masuk kedalam kamar tidur orang lain tentu saja menimbulkan rasa canggung.
“Nih minyak urut Ren, kamu olesin aja nih ke pundak sama leher belakang ibu. Tolong yah?” Ujar Mila sembari bersendawa sendiri yang kini sudah duduk di pinggir kasur.
Reno mau tidak mau mengikuti permintaan Mila. Dengan hati-hati Reno menumpahkan sedikit minyak angin ke permukaan tangannya dan mengusap tengkuk Mila pelan.
“Hmm.. anget. Iya gitu Ren, agak dipencet-pencet Ren.”
Dengan patuh Reno menuruti komando Mila. Sempat terpesona Reno oleh halus lembutnya kulit Mila yang selama ini selalu terbalut kerudung. Namun dientaskannya pikiran itu jauh-jauh. Mila mengangguk-angguk terpejam menikmati urutan Reno.
“Ren, sambil tiduran bisa ngga Ren? Ibu pegel juga duduk nyamping gini.” Tukas Mila cepat. Dengan santainya Mila melengos dan menelungkupkan wajah berbaring tengkurap diatas kasur.
Reno lagi-lagi tercekat menelan ludah melihat Mila dalam posisi seperti itu. Masih dengan takut-takut Reno bergerak ikut naik keatas kasur. Mila kemudian melebarkan kedua kakinya memberikan ruang bagi Reno untuk bersimpuh diantara kakinya. Sekelebat putih halusnya paha dalam Mila membuat jantung Reno berdegup kencang. Reno mulai meraba pelan punggung Mila dan mulai memijitnya perlahan.
“Hmm iya Ren gitu Ren.. kuat juga ya pijitan kamu..” ujar Mila sembari tetap telungkup dan memejamkan mata. “Atasan lagi Ren di pundak kaya tadi.” Pinta Mila lagi.
Reno dengan agak kesusahan mencondongkan diri makin kedepan berusaha meraih pundak Mila. Meski Mila sudah melebarkan kakinya tetap saja Reno kesulitan karena mau tak mau Reno harus makin merapat diantara sela kaki Mila. Dan benar saja, baru ketika Reno hendak memajukan badannya, tanpa sengaja tubuh bagian bawah Reno menyenggol pantat Mila.
“M-maap bu, p-permisi.” Tukas Reno cepat-cepat. Mila hanya terkekeh kecil karena canggungnya Reno. “Iya gapapa, cepet pijit lagi.” Jawab Mila tak sabar.
Reno kembali memijat sambil berusaha menahan bagian bawahnya agar tidak menyenggol lagi. Namun tentu saja sia-sia karena posisinya tidak memungkinkan. Sehingga Reno berupaya agar tidak terlalu sering menempel ke pantat Mila. Diam-diam Reno juga berusaha sekuat tenaga agar tidak terbangun dedek kecilnya, karena jujur saja lembutnya pantat Mila mau tak mau merangsang kemaluannya jadi terbangun. Tiap kali menempel rasanya darah di dalam diri Reno berdesir.
Mila juga sebenarnya mengetahui Reno yang berusaha keras menahan diri dan tetap sopan. Mila tahu betul di umur segitu baik Reno maupun anak tertuanya sudah mulai menjalani proses menjadi dewasa dan tertarik dengan lawan jenis, sehingga Mila paham betul apa yang dialami Reno saat ini. Namun Mila diam-diam saja, malahan agak sedikit geli melihat Reno seperti itu. Akhirnya Mila menyuruh Reno untuk santai saja.
“Udah Ren gapapa, nempel dikit juga gapapa kok.” Ujar Mila sambil tetap telungkup.
Reno tidak langsung menjawab dan hanya diam saja. Akhirnya Reno memberanikan diri untuk mengiyakan perkataan Mila.
Reno akhirnya mencondongkan badannya kedepan dan menempelkan tubuh bagian bawahnya ke pantat Mila. Reno malu-malu menghela napas ketika ia merasakan burungnya melekat tepat di tengah-tengah pantat Mila yang lembut. Begitu pula Mila yang akhirnya merasakan bonggolan kenyal di bagian belakangnya. Mila agak terkekeh merasakan burung Reno yang sudah setengah mengeras. Dasar anak muda, pikir Mila dalam hati.
Namun dengan begitu tak lantas membuat Reno malah menjadi biasa saja, justru kebalikannya Reno makin tersiksa menahan ereksinya. Reno berusaha mengalihkan perhatiannya dengan berpikir hal yang lainnya. Namun sialnya di sisi kasur terdapat cermin berukuran besar yang melekat di lemari. Tatkala Reno melirik, ia melihat dirinya seakan tengah berhubungan badan dengan Mila dalam posisi seperti itu. Reno jadi makin tercekat dan sialnya hal tersebut malah membuat ereksi Reno makin menjadi-jadi.
Mila yang tadinya setengah mengantuk malah jadi melek terbangun merasakan gundukan lembek di pantatnya kini malah membongkah. Diam-diam Mila jadi merasa agak geli-geli juga tiap kali burung Reno yang menempel erat di pantatnya berkedut pelan. Namun Mila memilih diam saja karena apabila ia bergerak membetulkan posisinya, Reno Mila jadi malu sekali. Jadi Mila memilih untuk diam saja berpura-pura tidur.
Di lain pihak Reno sudah merah padam wajahnya, keringat dingin mengalir di lehernya. Reno memilih untuk menunduk saja mengalihkan pandangannya kebawah. Namun Reno kaget bukan kepalang manakala ia mengetahui ujung bawah daster Mila sudah setengah tersingkap keatas. Sekilas Reno bisa melihat bongkahan pantat Mila setengah mengintip dari sisi dasternya. Reno merasa terpaku takut untuk bergerak namun juga takut untuk berhenti. Takut malah apabila ia berhenti dan membetulkan dasternya, Mila malah terbangun dan memergokinya.
Mila awalnya tidak merasa ujung dasternya tersingkap ketas, dan samasekali lupa ia tak mengenakan celana dalam waktu itu. Sehabis mandi ia buru-buru mengenakan baju dan mencarikan baju untuk Reno hingga ia terlupa. Namun suatu saat tiba-tiba Mila merasa geli di bagian bawah tubuhnya, manakala ujung bonggol Reno yang mengeras dari balik celana menggosok permukaan kemaluannya yang tak tertutup apa-apa. Mila agak panik, namun tak berani untuk bergerak maupun bersuara manakala tiap kali Reno bergerak, ujung kemaluan Reno menggosok lembut bibir kemaluannya. Mila terdiam menggigit bantal berusaha agar tidak bersuara samasekali.
Sekali, dua kali, tiga kali, hingga berkali-kali, lama kelamaan memberi efek yang makin intens dalam diri Mila. Badannya jadi lemas keenakan oleh gesekkan Reno. Matanya jadi pelan-pelan sayu, khidmat menerima tiap gerakkan yang ditimbulkan oleh Reno. Apalagi saat itu Reno hanya menggunakan boxer tipis tanpa celana dalam, yang tentu saja terasa oleh kemaluan Mila terutama setelah menjadi semakin sensitif akibat gesekkan ujung penis Reno. Mila hanya bisa berharap Reno tidak merasakan badan Mila yang kaku menahan gelinjang tiap kali Reno menyenggol kemaluannya, dan tidak menyadari kemaluannya yang kian berembun akibat gesekkan tersebut.
Hingga akhirnya pada suatu ketika Mila yang sudah begitu lemas tak berdaya merasa Reno menghentikan aksinya. Kesadarannya yang sudah hampir setengah menipis sedikit bangkit kembali. Hati kecilnya bertanya-tanya kenapa Reno malah menghentikan aksinya disaat ia sudah nyaris pasrah dalam kenikmatan. Namun pertanyaannya terjawab tak lama berselang ketika kembali Mila merasakan sensasi geli itu datang lagi, namun kali ini Mila dapat merasakan jelas hangat daging keras Reno bersentuhan langsung dengan kulitnya.
Mila terbelalak namun tetap terdiam meskipun kaget. Kembali digigitnya bantal dibawah mukanya itu kencang-kencang. Mila tak menyangka Reno berani berbuat sejauh ini. Terdengar napas Reno yang juga agak tersengal-sengal dibelakangnya. Entah mengapa dalam kepanikan seperti itu Mila memilih untuk diam mematung ketimbang menghentinkan aksi Reno. Mungkin Mila juga sudah terbuai keenakan, entah karena alasan lainnya. Yang jelas Mila merasakan badannya kembali lemas digelitiki rasa geli ketika Reno kembali menggesekkan moncong kemaluannya di bibir kemaluan Mila yang kini tak lagi dihadang celana.
Reno merasa kepalanya begitu berat, dan sekelilingnya semakin kabur. Nafasnya memburu dan gelora nafsunya tidak bisa lagi dibendung. Apalagi ketika ujung penisnya merasakan hangat daging kemaluan Mila yang mulai mengeluarkan sesuatu. Tangannya tak lagi memijat pundak Mila melainkan menahan beban tubuhnya di sisi kanan dan kiri tubuh Mila. Tiap gesekan seakan membuat kemaluan Mila merekah lebih lebar dari sebelumnya. Kemaluan Reno seperti ikut ketagihan ingin mencicipi terus lubang Mila yang seakan-akan memanggil manggil dirinya.
Rangsangan yang amat lembut dan pelan itu membuat akal sehat Mila dan Reno buyar entah kemana. Reno dan Mila diam-diam makin larut dalam cumbuan malu-malu kemaluan mereka. Mila yang juga sudah kegatalan jadi terbayang-bayang apabila Reno benar-benar memasukkan batangnya kedalam kemaluannya. Badannya jadi merinding membayangkan apabila hal itu benar terjadi.
Kemaluan Mila yang merekah itu seakan memancing kemaluan Reno untuk bergerak masuk. Reno secara naluriah kini tak hanya menggesekan pucuk senjatanya saja, namun juga mulai menekan lembut kedepan. Kemaluan Mila yang semakin lembab membuat ujung penis Reno semakin mudah membelah dan membukanya. Mila juga ikut merasa bibirnya kemaluannya merekah tiap kali Reno menempelkannya dan sedikit mendorongnya kedepan. Mila serasa melayang tiap kali Reno melakukan hal tersebut.
Pelan tapi Mila, Reno mendorong pelan dan menariknya moncong kemaluannya lagi kebelakang. Baik Mila dan Reno menyadari tiap kali kepala helm itu masuk semili lebih dalam tiap kali Reno merangsek maju. Reno yang sudah tidak lagi berpikir sehat, terus berusaha menerobos maju lebih dalam, membuat Mila dibawahnya menggigit jarinya was-was tak sabar. Hingga akhirnya di puncak birahi mereka, kepala jamur merah itu berhasil mendobrak masuk.
Napas Reno serasa tercekat didada ketika ujung kemaluannya hilang terhisap masuk kedalam rongga kemaluan Mila. Waktu seakan berhenti ketika akhirnya Mila merasakan kemaluannya menjepit mesra bonggol milik Reno. Mila ingin mendesah sekuat tenaga namun ditahannya. Akhirnya setelah disiksa begitu lama Mila merasa plong dan lega, kemaluannya yang sudah begitu gatal bisa merasakan bonggol yang sedari tadi meluluh lantakkan imannya.
Reno yang kini akhirnya berhasil mengecap lubang indah milik Mila itu kini tak lagi mau menariknya keluar. Ingin rasanya Reno memasukkan batangnya selama mungkin disana. Rasa nikmat yang dirasakannya mendorong Reno memasukkannya lebih dalam lagi, hingga seluruhnya diselimuti oleh kemaluan Mila. Dengan sangat hati-hati Reno yang masih mengira Mila tertidur itu melesakkan kemaluannya maju. Mila begitu terbuai dalam kenikmatan. Dalam gerakan lambat seperti itu Ia dapat merasakan dengan seksama tiap kerut dan urat batang Reno di dinding kemaluannya. Baru kali itu rasanya Mila menikmati ditembusi kemaluan seperti itu.
Cerita Seks Terbaik | Hingga akhirnya Reno menghela napas tertahan manakala ia melihat sisa batangnya menghilang masuk kedalam rongga kemaluan Mila. Reno mengerjap-ngerjapkan matanya terhipnotis oleh sensasi yang baru kali itu ia rasakan seumur hidupnya, ketika segenap rongga kemaluan Mila membungkus batangnya erat-erat tak lepas. Hangat, becek, lembut menjadi satu. Diam-diam Mila juga menggigit bibirnya manakala akhirnya batang kemaluan Reno masuk hingga mentok, berjejalan didalam rongga kemaluannya yang berkedut manja. Didorong oleh nafsu yang tak lagi terbendung, Reno menggerakkan pinggulnya seakan berusaha mengeksplorasi segenap isi liang kemaluan Mila. Mila tak kuasa ikut menggoyangkan pinggulnya pelan akibat gocekkan Reno.    Info Bonus
Mila tanpa sadar mengangkat pinggulnya sedikit keatas, seakan membenarkan posisi penetrasi Reno. Reno yang juga sudah tak sadarkan diri, tak lagi memperhatikan gerakkan pinggul Mila, hanya mengikuti naluri alaminya untuk mulai menggerakkan pinggulnya maju dan mundur. Dengan lembut Reno menarik pinggulnya mundur hinggga batangnya tertarik keluar, dan kemudian mendorongnya lagi masuk kedepan. Reno mendesis merasakan nikmat gesekkan antara batangnya dan dinding kemaluan Mila yang basah.
Mila yang juga telah terbuai genjotan Reno, menggigit sarung bantalnya hingga basah. Matanya membeliak keatas menikmati sodokan senjata Reno. Pinggul Mila secara otomatis bergerak semakin keatas hingga setengah menungging, yang kemudian dipegang oleh kedua tangan Reno seperti sedang menunggangi kuda. Bunyi kecipak basah karena gesekkan kemaluan mereka mulai nyaring terdengar di seantero kamar, terlebih lagi karena hujan sudah usai diluar sehingga bunyinya semakin jelas menggaung.
Mereka berdua makin bergelora oleh percintaan terlarang itu. Mila dan Reno lengah oleh bisikkan setan. Mila merasakan kenikmatan seksual yang belum pernah ia alami sebelumnya. Apalagi semakin ia berusaha mengingat-ingat bahwa ini adalah suatu hal yang salah, semakin birahinya memuncak. Ia tengah berselingkuh dengan seseorang diluar pernikahannya, dan orang tersebut masih seumuran dengan anak sulungnya.
“Oh tidak, aku tengah bercinta dengan Reno. Ouhgg aku akan klimaks.. ohh oohhh!” jerit Mila dalam hati.
Mila mencengkram bantal kuat-kuat ketika dari dalam kemaluannya mengalir cairan tak dikenal. Kedutan liar kemaluan Mila yang tengah orgasme hebat membuat Reno tak lagi bisa menahan ejakulasinya.
“Mhh..b-bu Mila.. b-bu.. Ren mau..ma—“
Mereka orgasme nyaris berbarengan. Ketika Mila menyiram kemaluan Reno dengan cairan cintanya, Reno membalas menyemprotkan spermanya banyak-banyak kedalam rahim Mila. 3-4 kali semprotan yang luar biasa melimpah, diserap semuanya oleh kemaluan haus Mila. Reno diam mematung menikmati ejakulasi yang paling nikmat yang ia pernah rasakan, hingga akhirnya batangnya mengempis dan terlepeh dengan sendirinya dari dalam kemaluan Mila.
Mila mendengus pelan tatkala ia kembali turun dari langit ketujuh. Reno yang juga akhirnya kembali kesadarannya, berubah panik dan pucat manakala ia melihat spermanya mengalir pelan dari dalam kemaluan Mila jatuh hingga ke kasur. Didorong oleh rasa takut, Reno segera meloncat dari atas kasur. Ia nyaris terjerembap sangking lemas dengkulnya ia rasa. Seperti maling yang ketahuan, Reno segera berlari keluar secepat mungkin kabur dari kamar dan keluar rumah meninggalkan Mila yang juga masih terhuyung lemas dan kebingungan karena Reno telah hilang entah kemana.
CERITA INDEHOY

Fantasi bukan untuk ditahan. Di sini, kamu bebas menelanjangi imajinasi. – Cerita panas, liar, dan penuh kenikmatan – Bukan untuk yang malu-malu – 18+ Only. Karena di sini... semua bisa terjadi 👉 ceritaindehoy.com

Lihat Semua Postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *