Cerita Sex Lama Menjanda Akhirnya Aku Di Puaskan Oleh Ponakan Ku

Cerita Sex – Bunyi bel pintu terdengar saat aku baru saja selesai mencuci baju. Dengan tergopoh-gopoh kuintip dari balik gorden siapa gerangan. Ternyata keponakanku yang dari luar kota. Beberapa hari yang lalu ia mengatakan akan ke jakarta untuk dinas kantornya.
“Mampir lah. Udah Lama lo kamu enggak kesini”.
“Iya bude. Nanti aku kesana. Sekalian ngasih titipan dari mamah”.
“Yo wes,bude tunggu ya”.
Kubuka pintu ruang depan.
“Halo bude Har”.
“Oalaah Abdi sudah datang too…koq gak ngirim2 kabar biar bude jemput”.
“Enggak lah bude. Abdi enggak mau ngerepotin”.
“Yo wes,mlebu. Kamarmu wes bude siapin. Kamarnya mas Danang ya,dia kan udah kerja di Makassar. Sepi sekarang disini”.
“Matur suwun bude”.
Lama tidak bertemu dengannya ternyata ia tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Bahunya yang kekar tampak sekali dari kaos yang dikenakannya. Aku hampir lupa bahwa aku hanya mengenakan daster yang telah basah oleh air cucian dan keringatku.
Malam harinya aku temani dirinya diruang tengah sambil nonton TV. Jujur,anganku melayang jauh. Kesepian yang begitu lama sejak perceraian dengan mantan suamiku. Apalagi dihadapanku saat ini ada seorang pemuda tampan. Walaupun ia keponakanku,tapi tetap saja membuat gairahku tiba2 bangkit.
“Dek Abdi sudah mau tidur belum?”.
“Sebentar lagi bude. Tanggung kopinya belum habis”.
“Iyo,aku tak leyeh2 dulu ya”.
“Bude kalo udah mau tidur,tidur duluan aja”.
“Enggak koq,bude cuma rebahan sebentar aja”.
Kurebahkan diriku pada karpet disisi sofa. Sengaja aka membelakangi dirinya,agar paha dan selangkanganku menghadapnya. Sedikit merubah posisiku, kubiarkan ujung dasterku tersingkap. Namun belum ada reaksi darinya. Mungkin ia malu

Baca Juga :Cerita Sex Kisah Ku Ngewhe Dengan Siska Penjaga Warteg Yang Aduhai

“Abdi,kamu bisa mijit?”
“Ya bisa enggak bisa sih bude”
“Pijitin betis bude dong. Pegel banget pagi tadi nyuci”.
Tangannya mulai memijat betisku. Awalnya terasa kaku. Perlahan mulai lancar. Sesekali tangannya naik ke pahaku. Kemudian turun lagi ke betis.
“Jangan ragu2 Abdi,pijit aja sesukamu “.
“Iya bude”.
Beberapa saat kemudian tangannya mulai berani lebih keatas, menjelajah pahaku. Aku yang sedari tadi sudah bergairah tentu saja merasa senang dengan perlakuan ini.
“Hhhhmmm….enak pijitanmu Abdi… hhhhmmm…”.
Tangannya semakin berani yang akhirnya kedua bongkahan pantatku diremasnya. Sesekali kedua ibu jarinya menjepit vaginaku dari belakang. Aku sempat menjerit.
“Maaf bude,saya enggak sengaja”.
Kebalikan tubuhku,dan sekarang berhadapan dengannya.
“Enggak usah minta maaf. Bude senang koq kamu mau menginap disini. Selama ini bude kesepian enggak ada teman untuk ngobrol”.
Bersamaan dengan itu kuraih selangkangannya. Kurasakan sesuatu yang keras dibalik celana bolanya. “Hhhmmm…udah bangun aja ini burung. Keras juga yaaa…”.
“Eh..ngg…eeeh…bude…aakk…akkuuu…mmm..”.
“Udah kamu diem aja ya”.
Perlahan kutarik celananya. Benar saja. “Wooow…burung besar sekali Abdi… Hhhmmm
…udah pernah ngerasain diemut belum?”. Tanyaku.
Ia hanya menggelengkan kepalanya. Sementara jemariku kini yang memijat2 penisnya.
“Nngg…bel..belum bude…”.
Ia mengatur posisi duduk di sofa. Sementara aku sendiri berjongkok diantara kakinya dengan menghadapi penisnya yang berukuran besar itu.
Ku dekatkan wajahku,dan selanjutnya mulai aku oral penisnya.
Kulihat ia mulai menikmati permainan bibir dan lidahku. Rambutku dibelainya.
“Hhhmmm… sssssshhh aaaaaakkhh…budeee
… aaaawwwww enak budee… aaaaaakkhh…”.
Aku semakin bersemangat. Sesekali kukenyot dua bola bakso uratnya. Beberapa kali ia seakan memberontak diiringi dengan desah nafasnya.
“Enak kan diemut?”.
“Iyyaaa… aaaaaakkhh…geliiii budee…”.
Kepala helmnya aku jilat juga.
“Burungmu enak banget Abdi”.
“Budee…akuuuu…mau keluuaaarr…”
“Keluarin aja jangan ditahan2…”.
Tidak berapa lama rambutku dijambaknya,kepalaku ditekannya, bersamaan dengan itu beberapa kali semburan air kental dan hangat menerobos kerongkonganku. Sempat aku tersedak dan terbatuk batuk. Namun karena diriku sudah terbakar gairah ,penis semakin aku jilat. Seolah tak ingin kehilangan setetespun.
Nafasnya terengah-engah. Pandangan matanya kearah plafond ruang tengah. Sementara tangannya tadi yang menjambak rambutku, terlepas dan terkulai lemas.
“Hhhmmm…banyak banget sih keluarnya. Kental lagi. Tapi bude suka koq. Gimana rasanya?”. Tanyaku sekedar ingin tau perasaannya.
Ia hanya tersenyum. Kulihat wajah penuh kepuasan dari sorot matanya.
Kusiapkan teh hangat untuknya. Berlanjut pada obrolan2. Ia mulai berani dengan candaan mengarah pada sex.
***
Satu jam berlalu masih dengan obrolan2.
“Ke kamar yuk”. Ajakku.
“Hhhmmm… ngapain?”.
“Biar burungmu masuk kandang”.
Tidak membutuhkan waktu lama, tubuhku telah telanjang tanpa sehelai benangpun. Ia mulai belajar dengan cepat. Cumbuan2 bibirnya menggerayangi tubuhku. Terlebih saat dua jarinya dimasukkan dalam liang vaginaku.
“Aaaakkkhhhh.. Abdi kau cepat sekali pintarnya…aku menikmatinya Abdi…teruskan sayaaang….udah lama bude enggak merasakan hal ini…. sssshhh aaaakkkhhhh…”.
“Bude…boleh yaaa….”.
“Iya sayang…cium semuanya…”.
Aku terlentang membiarkan dirinya diatasku. Menindihku. Dua buah dadaku dikenyot dengan rakusnya. Bergantian kiri dan kanan. Berlanjut pada perutku…hingga pada area yang aku tunggu-tunggu sedari tadi untuk ia jilati.
Benar saja. Ia cepat sekali dalam hal ini. Bibir vaginaku digigitnya. Lidahnya seakan menyapu dari bawah hingga keatas, berhenti tepat pada klitorisku dan dikenyotnya.
“Abdi sayaaaang…. aaaaaakkhh… mmmmmm…yaaa….ituuuu… kenyot yang lamaaaa…pake jari juga sayaaaang sssshhh aaaaawwww….”.
Aku tak kuasa menahan kenikmatan ini. Rasa yang telah lama kuimpikan. Dan saat ini justru keponakanku sendiri yang menuntaskan gairahku. “Udaaaah sayaaaang….cepetan…bude udah enggak tahaaan….”.
Ia merangkak diatasku. Kubuka pahaku lebar-lebar, sejurus kemudian perlahan batang penisnya mulai mencoba menerobos masuk. Terasa sesak. Rasa perih bercampur kenikmatan. Mulanya hanya kepalanya saja,perlahan….dan..bleeesss… Cerita Bokep Berawal Dari Mastrubasi Berujung Ngewhe Dengan Kaka Penjaga Warnet

“Aaaa….aaawww…saaakiiit…pelan pelaaaannn
sayaaang…”.
Yang kurasakan saat ini adalah dasar liang vaginaku seakan penuh sesak. Beberapa saat ia hanya terdiam memperhatikan diriku,seraya tersenyum.
“Sakit bude?”.
“Iyaaa…udah lama gak begini. Pelan2 ya goyangnya”.
Ia hanya mengangguk. Ditindihnya tubuhku. Kupeluk dirinya dari bawah. Perlahan pinggulnya naik turun. Semakin lama semakin cepat. Adakalanya dengan perlahan-lahan.
“Budeee…. Hhhmmm… ngejepit banget sih…”.
“Kamu ini bude kan udah lama lama enggak beginian. Jadi mungkin ciut lagi lubangnya”.
Ia tertawa kecil. Dilumatnya bibirku sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
“Diluar apa didalam?”.
“Emang udah mau keluar?”.
“Belum sih. Jaga2 aja”
“Didalam aja. Bude kan udah monopose. Jadi aman”.
Ia melanjutkan goyangannya hingga mengeluarkan suara2 ccck…ccckk…ccck…
Aku imbangi goyangannya dengan gerakan-gerakan pinggulku yang naik turun, terkadang berputar. Kudengar juga erangan dan desah nafasnya.
Tak lama setelah itu aku merasakan sesuatu yang akan meledak. Suatu perasaan seperti terbang melayang. Tubuhku bergetar. Kemudian seakan kaku. Kurapatkan kedua pahaku. Sementara kedua tanganku mencengkram bahunya.
“Abdiii…. aaaakkkhhhh…. sayaaaang…aaakkuu… aaaakkkhhhh….”.
Tubuhku beberapa kali seakan terlonjak. Detik berikutnya hal itu ditambah lagi dengan sesuatu pancaran air hangat menyembur dalam vaginaku beberapa kali. Tubuh Abdi menekuk,ditekan sedalam dalamnya pinggulnya hingga semburan terakhir.
Tubuh basahnya oleh keringat terkulai lemas diatasku.
Anganku kembali menerawang jauh. Mengingat kenikmatan ini. Mengingat keponakanku menghujam ku dengan penis besarnya. Aku terpuaskan.
“Abdi…”.
“Iya bude…”.
Aku tak bisa berkata-kata lagi. Kupeluk tubuhnya erat-erat.
****
Menjelang pagi aku terbangun. Ia masih tertidur masih dalam keadaan telanjang.
Saat aku hendak turun dari ranjang,ia terbangun dan dipeluknya aku dari belakang. Hal itu terulang lagi.
“Abdi…udaaaah…udah pagi…mandi sana…kamu kan mau kekantor”.       Garansi Rungkad 100%
“Kalo gitu kita teruskan dikamar mandi ya…”.
Aku tak kuasa menolak. Bahkan aku merasa senang dan inilah yang aku inginkan.
Bercinta dikamar mandi. Dibawah guyuran air shower. Dengan posisi nungging,ia menghujamkan penisnya dari belakang. Posisi ini membuatku beberapa kali aku orgasme. Diakhiri dengan semburan mani dalam liang vaginaku.

CERITA INDEHOY

Fantasi bukan untuk ditahan. Di sini, kamu bebas menelanjangi imajinasi. – Cerita panas, liar, dan penuh kenikmatan – Bukan untuk yang malu-malu – 18+ Only. Karena di sini... semua bisa terjadi 👉 ceritaindehoy.com

Lihat Semua Postingan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *